Dalam budaya barat, untuk menyebut Jumat
Agung, digunakan istilah “Good Friday”. Jika menilik pengertian kata Agung yang
berarti besar, mulia, luhur, dan kata keagungan yang berarti kemuliaan,
keberasaran (dalam KBBI), rasanya sulit untuk melihat makna keagungan dalam
Jumat Agung jika kita melihat dan memaknainhya tanpa iman.
Kesengsaraan dan penganiayaan,
penderitaan bahkan kematian yang dialami oleh Yesus lebih memiliki konotasi
sebagai sesuatu yang hina. Sebab hukuman salib pada waktu itu adalah bentuk
penghukuman yang merendahkan orang yang disalib.
Namun Jumat Agung menyimpan
“keagunganNya” secara tersembuyi dan harus dimaknai secara iman penuh. Yakni
alasan dibalik terjadinya penderitaan dan kematian yang dialami Yesus didalam
ketidak-berdosaan-Nya. Yang bahkan Raja Herodes dan Pontius Pilatus pun tidak
menemukan ada satu kesalahan pun yang dilakukanNya (Luaks 23:13-25). Dia
melakukan semua itu demi umatNya, agar umatNya diselamatkan.Salib yang menjadi
lambang kehinaan, telah diubah-Nya menjadi suatu pandangan baru dalam
pelayanan.
Pengorbanan Yesus juga memberikan sebuah
nilai baru dalam pelayanan kita, yaitu pelayanan yang memberi diri untuk
dipakai Tuhan. Bukan pelayanan yang mencari berkat, tetapi pelayanan yang
berbagi berkat kepada mereka yang membutuhkan. Merendahkan hati kita, memikul
“salib”-Nya, dan melayani Dia.
Kini salib yang harus kita hadapi
bukanlah salib kematian seperti yang dihadapi Kristus 2000 tahun yang lalu.
“Salib” yang harus kita pikul adalah iman kita, bagaimana kita memperjuangkan
iman kita kepada Tuhan hingga Dia, yang telah menghapus dosa kita, datang
menjemput kita pulang ke pangkuanNya.
Mari pikul “salib”-mu, dan beritakanlah
“salib”-mu kepada dunia………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar